Jumat, 11 Juli 2008

Bermalam Di Rumah Seorang Ahli Surga

Anas Ibn Malik ra, menceritakan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Al-Nasa’i, perihal orang yang disebut-sebut sebagai penghuni surga.

Diceritakan oleh Anas ra, “Suatu hari kami bersama para sahabat yg lain duduk dalam satu majlis bersama Rasulullah SAW. Di tengah-tengah memberi wejangan, beliau berkata, “Sebentar lagi akan lewat di hadapan kalian seorang lelaki penghuni surga”. Tak lama berselang, tiba-tiba muncul seorang lelaki anshar dengan janggut masih basah oleh air wudlu. Ia berjalan dg tangan kiri menjinjing sandal”.

Keesokan harinya dalam kesempatan yg sama, Rasulullah kembali berkata begitu, “Akan datang seorang lelaki penghuni surga”. Tak lama kemudian, lelaki itu kembali muncul. Dalam kesempatan yg lain, untuk ketiga kalinya Rasulullah mengatakan hal yang sama.

Demi menghapus rasa penasaran, sahabat Abdullah Ibn Amr Ibn Al-Ash mencoba membuntuti lelaki anshar yang disebut-sebut Rasulullah sebagai penghuni surga. Ibnu Amr berhenti sejenak sambil berpikir mencari alasan yang tepat untuk dapat menyelidiki orang itu. Setelah menemukan alasan yang tepat, ia menghentikan langkah lelaki itu dan berkata, “Wahai kawan, dapatkah kamu memberi pertolongan? aku bertengkar dengan ayahku dan berjanji tidak akan menemuinya selama tiga hari. Maukah kamu memberi tumpangan selama tiga hari itu?”, pinta Ibn Amr. Setelah diperbolehkan, Ibn Amr mengikuti lelaki itu menuju rumahnya dan bermalam di rumah itu selama 3 hari.

Tujuan Ibn Amr bermalam tidak lain agar ia dapat melihat, apa gerangan ibadah yang dilakukan orang itu hingga Rasulullah menyebutnya sebagai penghuni surga. Sampai dengan malam ketiga, Ibnu Amr tak melihat sesuatu yg istimewa dari lelaki itu dalam ibadahnya, sampai ia hampir saja meremehkan amalan ibadah lelaki itu. Akhirnya Ibn Amr berterus terang kepadanya, “Hai hamba Allah, sebenarnya aku tidak sedang bertengkar dg ayahku dan juga tdk sedang bermusuhan. Aku hanya ingin membuktikan apa yang telah dikatakan Rasulullah tentang dirimu. Beliau katakan dalam sebuah majlis sampai 3 kali, “Akan datang seorang di antara kalian lelaki sebagai penghuni surga”. Aku ingin tau, apa amalan yang membuatmu demikian dan aku ingin menirukan agar bisa mencapai kedudukan seperti dirimu”.

Orang itu berkata, “Yang aku amalkan setiap hari tak lebih dari apa yang kau saksikan”. Saat Ibn Amr hendak berpamitan pulang, orang itu kembali berkata, “Demi Allah, amalku tidak lebih dari yang kau lihat. Hanya saja aku tak pernah menyimpan niat buruk terhadap sesama muslim ( juga yg lain). Aku juga tak pernah ada rasa dengki kepada mereka yang mendapat anugerah dan kebaikan dari Allah”. Mendengar pernyataan itu, Ibn Amr membalas, “Begitu bersihnya hatimu dari prasangka buruk dan perasaan dengki kepada orang lain. Inilah nampaknya yang membuatmu berada di tempat yang mulia itu. Sesuatu yang tak dapat aku lakukan”.

asbestos attorney cancer lawyer mesothelioma settlement

asbestos cancer attorney

asbestos stomach cancer

consolidate school loans

free homeowners insurance quotes

free motorcycle insurance quotes

free online car insurance quotes

georgia mesothelioma lawyer

houston mesothelioma attorney

houston mesothelioma lawyers

loan consolidation comparison

low home equity loan rates

mesothelioma attorney new york

mesothelioma attorney texas

mesothelioma death

mesothelioma definition

mesothelioma minnesota

mesothelioma survivor

mesothelioma survivors

pennsylvania mesothelioma attorney

student loan consolidation companies

student loan consolidation comparison


Hati yang bersih dari prasangka buruk dan perasaan dengki kepada sesama hamba Allah, terlihat sederhana. Tapi justru itulah yang sebenarnya paling sulit dilakukan. Barangkali kita mampu Qiyamullail, sujud, rukuk di hadapanNya, tapi amat sulit menghilangkan kedengkian kepada orang lain hanya karena perbedaan keyakinan, paham, golongan atau etnis. Juga kedengkian yang timbul dari apa yang Allah anugerahkan sesuatu kepada orang lain dan kita tak mendapatkannya. ” Inilah justru yang tidak dapat kita lakukan”, demikian kata Abdullah Ibn Amr Ibn Al-Ash. ( Sumber bacaan : Hayat Al-Shahabah :2 )